MAKALAH DOWN SYNDROME
MODUL FISIOTERAPI
TUMBUH KEMBANG INFEKSI
“DOWN
SYNDROME”
Di susun oleh ;
NAMA : PIRANTI ASMAYA N
NIM : 201410301099
PRODI S1 FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016-2017
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil‟alamin,
segala puji bagi Alloh SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan pembuatan makalah ini
adalah sebagai Tugas dari modul Fisioterapi Tumbuh Kembang Trauma. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah masih jauh dari sempurna, untuk itu
diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan.
wasssalamu'alaikum wr.wb
Yogyakarta, 29
Mei 2016
Piranti Asmaya N
DAFTAR ISI
Halaman
Judul………………………………………………… i
Kata
Pengantar………………………………………………… ii
Daftar
Isi………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah…………………………………… 1
1.3 Tujuan dan Manfaat…………………........................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Down Syndrome………………………........ 2
2.2 Pemicu Down Syndrome …………………….…....... 2
2.3 Etiologi Down
Syndrome ………………...……….... 2
2.4 Ciri Fisik Down Syndrome
………………...……….. 3
2.5 Pemeriksaan Diagnostik...............
…..…………….... 5
2.6 Pencegahan
Down Syndrome ………….......…….…. 5
2.7 Intervensi
Fisioterapi dari down syndrome …………..…....…. 5
2.8 Evaluasi
Fisioterapi dari down syndrome…………….…….... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………..... 7
3.2 Saran dan penut……………………………............... 7
3.2 Saran dan penut……………………………............... 7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Menurut
penelitian, down syndrome menimpa satu di antara 700 kelahiran hidup atau 1
diantara 800-1000 kelahiran bayi. Diperkirakan saat ini terdapat empat juta
penderita down syndrome di seluruh dunia, dan 300 ribu kasusnya terjadi di
Indonesia. Analisis baru menunjukkan bahwa dewasa ini lebih banyak bayi
dilahirkan dengandown syndrome dibanding 15 tahun lalu. Karena merupakan
suatu kelainan yang tersering yang tidak letal pada suatu kondisi trisomi, maka
skrining genetik dan protokol testing menjadi fokus dibidang obstetri. Kelainan
mayor yang sering berhubungan adalah kelainan jantung 30-40%. atresia
gastrointestinal, leukimia dan penyakit tiroid. IQ berkisar 25-50.Insidensnya
pada Wanita yang hamil diatas usia 35 th meningkat dengan cepat menjadi 1
diantara 250 kelahiran bayi. Diatas 40 th semakin meningkat lagi, 1 diantara 69
kelahiran bayi.
Dengan
adanya data tersebut makalah ini tersusun untuk memberi informasi dan menggali
kepedulian terhadap sesama. Selain itu juga dapat mengetahui gejala-gejala
sejak dini, sehingga penderita down syndrom dapat penanganan secara tepat.
B. TUJUAN
1. Untuk
memberi pengetahuan tambahan terhadap mahasiswa mengenai down syndrom.
2. Agar
mahasiswa mengerti dan memahami ciri fisik down syndrom.
3. Agar
mahasiswa mengetahui pemicu down syndrom
4. Agar
mahasiswa mengetahui cara pencegahaanya.
5. Agar
mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik Down Syndrom
6. Agar
mahasiswa mengetahui cara pencegahan penderita Down Syndrom
7. Agar
mahasiswa bisa memahami penanganan Down Syndrom
C. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan Down Syndrome?
2. Apa
pemicu Down Syndrome?
3. Bagaimana
ciri fisik penderita Down Syndrome?
4. Bagaimana
pemeriksaan diagnostik pada down syndrom ?
5. Bagaimana
cara pencegahan Down Syndrom ?
6. Bagaimana
cara menangani penderita Down Syndrome ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Sindrom
down atau down syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Down
syndrome terjadi karena kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 kromosom
manusia. Pada manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga
jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut
berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang
berlebihan tersebut mengakibatkan kegoncangan pada sistem metabolisme sel, yang
akhirnya memunculkan down syndrom.( christy arum,2012).
2.2 PEMICU
DOWN SYNDROM
Umur
ibu. Wanita hamil pada usia diatas 35 tahun memiliki resiko lebih besar
mengalami permasalahan genetik pada kandungan. Memiliki saudara laki-laki atau
perempuan yang menderita down Syndrome. Kandungan pada kehamilan sebelumnya
terdapat down Syndrome. (Widodo Judarwanto,2010)
2.3 ETIOLOGI
Penyebab
yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35
tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat
perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu
terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses
menua.Bagi ibu-ibu yang berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai
risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak Down Syndrom. Sembilan puluh
lima penderita down syndrom disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini
disebabkan oleh “non-dysjunction” kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21
dimana semasa proses pembahagian sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak
berlaku dengan sempurna.
Di
kalangan 5 % lagi, kanak-kanak down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang
dinamakan “Translocation“. Keadaan ini biasanya berlaku oleh pemindahan bahan
genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal yaitu
23 pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom. Mekanisme ini biasanya berlaku
pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda. Sebahagian kecil down syndrom
disebabkan oleh mekanisma yang dinamakan “mosaic”. ((Widodo J,2010)
2.4 CIRI FISIK
a. Penampilan
fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal
(microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
b. Sifat
pada kepala, muka dan leher : Mereka mempunyai paras muka yang hampir sama
seperti muka orang Mongol.
c. Pada
bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar. Pangkal hidungnya kemek.
Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran mulut
adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur.
Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan
gigi lambat dan tidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah. Kepala
biasanya lebih kecil dan agak lebar dari bahagian depan ke belakang. Lehernya
agak pendek.
d. Seringkali
mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal
folds) (80%), white Brushfield spots di sekililing lingkaran di
sekitar iris mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus,
strabismus, katarak (2%), dan retinal detachment. Gangguan
penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea.
e. Manifestasi
mulut : gangguan engunyah menelan dan bicara. scrotal tongue, rahang atas
kecil (hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuha gigi, hypodontia,
juvenile periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing.
f. Hypogenitalism
(penis, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan
keterlambatan perkembangan pubertas).
g. Manifestasi
kulit : kulit lembut, kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis
(50%), palmoplantar hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%),
Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria
infections, fungal infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis
perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular
cheilitis.
h. Tanda
klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas
jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun
kaki melebar.
i. Lapisan
kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
j. Kelainan
kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim
organ yang lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital
heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat
meninggal dengan cepat. Masalah jantung yang paling kerap berlaku ialah jantung
berlubang seperti Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung berlubang
diantara bilik jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung
berlubang diantara atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur
ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA). Bagi kanak-kanak
down syndrom boleh mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan (cynotic
spell) dan susah bernafas.
k. Pada
sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus
(esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
l. Saluran
esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di
bahagian tertentu esofagus. Biasanya ia dapat dekesan semasa berumur 1 – 2 hari
dimana bayi mengalami masalah menelan air liurnya. Saluran usus kecil duodenum
yang tidak terbuka penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini
disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan
mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana
perut membuncit dan susah untuk buang air besar. Saluran usus rectum atau
bagian usus yang paling akhir (dubur) yang tidak terbuka langsung atau
penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem
saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah
pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan
susah untuk buang air besar Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada
organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para
ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil
yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas
usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena
mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
m. Sifat
pada tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka
mempunyai jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak
tangan mereka biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian
crease”.
n. Tampilan kaki
: Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua agak
jauh terpisah dan tapak kaki
o. Tampilan
klinis otot : mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka menjadi
lembik dan menghadapi masalah lewat dalam perkembangan motor kasar.
Masalah-masalah yang berkaitan Kanak-kanak down syndrom mungkin mengalami
masalah kelainan organ-organ dalam terutama sekali jantung dan usus.
p. Down
syndrom mungkin mengalami masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon tairoid.
Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
q. Down
syndrom mempunyai ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher yang
menyebabkan berlakunya penyakit lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini
berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
r. Sebagian
kecil mereka mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih yaitu
leukimia.
s. Pada
otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid precursor
protein) seperti pada penderita Alzheimer.
t. Masalah
Perkembangan Belajar Down syndrom secara keseluruhannya mengalami
keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Pada peringkat awal pembesaran
mereka mengalami masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat
untuk berjalan, perkembangan motor halus dan bercakap. Perkembangan sosial
mereka agak menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli keluarga. Mereka
juga mempunyai sifat periang. Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan
otot-otot yang lembek tetapi mereka akhirnya berjaya melakukan hampir semua
pergerakan kasar.
u. Gangguan
tiroid
v. Gangguan
pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
w. Usia
30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan
kepribadian)
x. Penderita
DS sering mengalami gangguan pada beberapa organ tubuh seperti hidung, kulit
dan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi. Penanganan alergi pada
penderita DS dapat mengoptimakan gangguan yang sudah ada.
y. 44
% syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun.
Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang
mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom
down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini
akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.
2.5 PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Untuk
mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
a. Pemeriksaan
fisik penderita
b. Pemeriksaan
kromosom
c. Ultrasonografi
(USG)
d. Ekokardiogram
(ECG)
e. Pemeriksaan
darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
2.6 PENCEGAHAN
a. Konseling
Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu
mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
b. Dengan
Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga sebagai
“ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.
c. Pencegahan
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis
bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu
hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di
atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena
mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan
oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi
3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat
ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis
dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan
cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada
kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan
14-16 minggu.(Widodo J,2010)
2.7 INTERVENSI
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-otot yang lemah.
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-otot yang lemah.
Namun,
dapat dilakukan beberapa metode pengobatan berupa terapi. Tujuan fisioterapi
adalah untuk mengajarkan pada gerakan fisik yang tepat. Selain
itu, Fisioterapi pada Down Syndrom dapat membantu belajar untuk
menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways).
Beberapa jenis terapi yang bisa digunakan :
a. Terapi
Wicara. Suatu terapi yang di perlukan untuk anak DS yang mengalami
keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata
b. Terapi
Remedial. Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan
akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dari
sekolah biasa
c. Terapi
Sensori Integrasi. Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah
rangsangan / sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak DS yang
mengalami gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik
kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas
dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat.
d. Terapi
Tingkah Laku (Behaviour Theraphy) Mengajarkan anak DS yang sudah berusia
lebih besar agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan
norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Sindrom
down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Down Syndrome
memiliki beberapa pemicu, umur ibu, saudara laki- laki yang
memiliki riwayat Down Syndrome, dan kandungan yang sebelumnya
terkena Down Syndrome. Selain itu, memiliki keadaan ini biasanya berlaku oleh
pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya
normal yaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom. Pencegahan nya bisa
dilalui melalui konseling genetik, biologi molekuler, danamniocentesis bagi
para ibu hamil. Down Syndrome sampai saat ini belum ditemuai bagaimana
cara penanganan nya, tetapi bisa di bantu dengan beberapa terapi yang
berfungsiuntuk menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat
(appropriate ways).
3.2
SARAN DAN PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca untuk dapat memeberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rohimi,
Syarif. 2013. Merawat Bayi Sindroma Down. Jakarta: Gramedia
Judarwanto,Widodo.2010.“Down
Syndrome: Deteksi Dini, Pencegahan dan Penatalaksanaan Sindrom Down”(online), (http://childrenclinic.wordpress.com/2010/10/24/down-syndrome-deteksi-dini-pencegahan-dan-penatalaksanaan-sindrom-down/.html,
diakses pada tanggal 23 desember 2013).
Komentar
Posting Komentar