ALZHEIMER
LAPORAN TUGAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
dari Mata Kuliah
Modul geriatri wellnes
(ALZHEIMER)
Disusun Oleh :
Piranti
Asmaya Ningrum (201410301099)
PRODI S1 FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT. Karena dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
bimbingan kita Muhammasd SAW.
Penulisan
dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen
dalam mata kuliah Patologi, adapun yang kami bahas dalam makalah ini adalah
mengenai gangguan imunitas pada orang dewasa.
Dalam
penulisan makalah ini penulis mendapat berbagai hambatan, salah satunya adalah
keterbatasan pengetahuan penulis mengenai materi terkait. Namun penulis sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat membuat makalah yang baik dan benar.
Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mambacanya walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Yogyakarta,
30 Maret 2016
Piranti
Asmaya Ningrum
DAFTAR ISI
Halaman
Judul………………………………………………… i
Kata
Pengantar………………………………………………… ii
Daftar
Isi………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah…………………………………… 1
1.3 Tujuan……………………………………… .............. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Alzheimer …………………………………. 2
2.2 Etiologi Alzheimer …………………………………. 2
2.3 Patofisiologis Alzheimer ………………………….... 4
2.4 Penyebab Alzheimer ………………………………... 5
2.5 Tanda dan Gejala Alzheimer………………………... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………..... 10
3.2 Saran………………………………………............... 11
3.2 Saran………………………………………............... 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Kapan
orang menjadi tua? apakah proses penuaan sebagai akibat fisik yang aus dan
penurunan kemampuan terjadi tanpa adanya perubahan yang mendasar pada sikap
individu?. Penuaan adalah suatu proses biologis, meskipun para ahli
biologis belum menemukan kesimpulan untuk menjelaskan karakteristik umum dari
penuaan (Cox, 1988, dalam Shirdev & Levey, 2004).
Schaie dan Willis (1992)
mengatakan bahwa tahap usia tua akan dialami oleh semua orang, ada perubahan
fisik, psikis dan sosial yang terjadi. Di sisi lain kondisi fisik dan psikis
setiap orang lanjut usia akan berbeda. Hal tersebut berkaitan dengan pengalaman
masa lalu dan lingkungan sosial budaya mereka. Akibatnya, di berbagai negara
akan mempunyai karakteristik usia lanjut yang berbeda, salah satunya adalah
harapan hidupnya.
Penyakit Alzheimer
merupakan penyebab tersering timbulnya dementia dan menyebabkan gangguan
kognitif pada populasi usia lanjut.1,2 Dementia pada penyakit Alzheimer
memiliki onset yang gradual dan adanya penurunan kognitif secara berkelanjutan
termasuk gangguan memori dan adanya satu atau lebih aphasia (gangguan
bahasa), apraxia (gangguan fumgsi motorik), agnosia (gangguan
fungsi sensoris), dan gangguan fungsi eksekutif seperti ketidakmampuan perencanaan,
pengorganisasian, serta melakukan aktivitas normal. Penelitian yang dilakukan
pada tahun 1998 menyatakan bahwa alzheimer menyerang mereka yang berusia di
atas 50 tahun, sementara di Indonesia usia termuda yang mengalami penyakit ini
berusia 56 tahun. Kira-kira 5% usia lanjut 65 - 70 tahun menderita demensia dan
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85
tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 - 1.0 % dan di Amerika jumlah
demensia pada usia lanjut 10 - 15% atau sekitar 3 - 4 juta orang. Demensia
Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa
sekitar 50 - 70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15 - 20% sisanya 15
- 35% disebabkan demensia lainnya. (dalam Wibowo, 2007). Penduduk Amerika yang
keturunan Afrika lebih beresiko menderita demensia daripada etnis sama yang
bertempat di negara asal (Ibadan, Negeria). (Hendrie dkk., 1995).
Alzheimer kebanyakan
menyerang kaum hawa karena hormon wanita lebih cepat masuk masa menopause
ketimbang pria dengan masa andropausenya. Bahayanya, memang alzheimer lebih
banyak hinggap pada wanita daripada pria. Jadi faktor resiko Demensia Alzheimer
(DA) terjadi pada usia lanjut, wanita, trauma kapitis berat, pendidikan rendah
dan menyangkut faktor genetik kasusnya 1 - 5%. (dalam Wibowo, 2007) Sedangkan
pada penelitian Lerner (1999) terlihat bahwa resiko wanita mendapatkan penyakit
demensia jenis Alzheimer lebih dikarenakan angka harapan hidupnya lebih besar
daripada pria. Menurutnya faktor resiko terbesar penyakit demensia adalah usia
lanjut, dan jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang langsung dengan
penyakit tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Definisi Alzheimer ?
1.2.2. Etiologi Alzheimer ?
1.2.3. Patofisiologi Alzheimer ?
1.2.4. Tanda dan gejala Alzheimer ?
1.2.5. Terapi Alzheimer ?
1.3 TUJUAN
1.3.1. Mengetahui dan memahami definisi Alzheimer.
1.3.2. Memahami etiologi dari penyakit Alzheimer.
1.3.3. Mengetahui dan memahami tentang Patofisiologi Alzheimer.
1.3.4. Mengetahui
tanda dan gejala dari penyakit Alzheimer.
1.3.4. Mengetahui
bagaiamana terapi dari penyakit Alzheimer.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
DEFINISI
Demensia adalah
kondisi medis yang mempengaruhi otak dan nya Gejala meliputi: kehilangan
memori, kebingungan, masalah dengan bicara dan bahasa, kecemasan, paranoia,
perubahan kepribadian, kurangnya inisiatif, dan kesulitan belajar keterampilan
baru. Seseorang dengan demensia mungkin tersesat di lingkungan yang akrab, mengalami
kesulitan membayar tagihan dan mengelola uang, kehilangan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas sederhana, dan menjadi curiga dekat mereka ke mereka.
Ada berbagai jenis
demensia, termasuk demensia sebuah disebabkan oleh stroke kecil. Beberapa orang
dengan penyakit Parkinson juga menunjukkan tanda-tanda demensia.
Penyakit Alzheimer
(AHLZ-tinggi-Merz) penyakit (AD) adalah penyebab utama demensia pada orang tua.
Gejala yang paling mencolok adalah kehilangan memori, terutama hilangnya
informasi baru-baru belajar. Gejala lain termasuk penurunan kemampuan untuk belajar,
alasan, membuat penilaian, dan berkomunikasi dan membawa kegiatan sehari-hari
keluar. Sebagai penyakit berlangsung, orang tersebut mungkin juga mengalami
perubahan kepribadian dan perilaku, seperti kecemasan, kecurigaan atau agitasi.
Meskipun orang tersebut mungkin terlihat baik-baik saja, ia mungkin mulai
memiliki masalah dengan rutinitas
sehari-hari mereka (_e Book of Alzheimer’s
for African-American ChurchesUniversity of Kentucky Sanders-Brown Center on Aging Division of Aging Services and the Alzheimer’s Association).
Penyakit Alzheimer adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan penurunan
daya ingat dan penilaian secara bertahap, yang biasanya disertai dengan
perubahan kepribadian dan kemampuan untuk mengekspresikan diri.
Hal ini terjadi akibat akumulasi dari gumpalan protein dan kekusutan
serabut sel saraf di dalam otak seseorang yang mengakibatkan terjadinya
kematian sel saraf di dalam otak, sehingga mengganggu fungsi normal dari otak.
Hal ini lebih sering terjadi pada mereka dengan riwayat hipertensi atau riwayat
keluarga menderita Alzheimer, dan juga pada orang tua. Sayangnya, tidak ada
pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, dengan sebagian besar
perawatan dan intervensi ditujukan untuk mengurangi gejala saja. Akan tetapi,
keadaan individu yang terkena penyakit Alzheiner berdegenerasi secara
berbeda-beda; mereka dengan penyakit onset dini umumnya memiliki prognosis yang
buruk. Komplikasinya antara lain infeksi, ulkus dekubitus, dan kegagalan organ.
Bagi mereka yang menderita kondisi seperti ini harus segera berkonsultasi
dengan seorang dokter.
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab tersering timbulnya
dementia dan menyebabkan gangguan kognitif pada populasi usia lanjut. Dementia
pada penyakit Alzheimer memiliki onset gradual dengan penurunan kognitif yang
berkelanjutan. Kelainan yang ditimbulkan meliputi gangguan memori, berbahasa,
fungsi motorik, fungsi sensoris, dan gangguan fungsi eksekutif.
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan
gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan
kemampuan untuk merawat diri. (Brunner &,Suddart, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai
dengan penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat
disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan
meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008).
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas
(patofisiologi : konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit
dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan
fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut
dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.
Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit
kronik, degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual,
kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri.
Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun keatas.
2.2.
ETIOLOGI
Belum ada penyebab yang
pasti mengenai penyakit ini, namun terdapat beberapa faktor presdisposisi
diantaranya :
1.
Faktor genetik
2.
Usia
3.
Infeksi virus lambat
4.
Lingkungan
5.
Imunologi
6.
Trauma
2.3.
PATOFISIOLOGI
Proses
penuaan yang terjadi pada otak dapat berupa penurunana berat otak, pelebaran
sulci serebral, penyempitan gyri dan pembesaran ventrikel-ventrikel.
Mekanisme
patofisiologi yang mendasari penyakit
Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat
hilangnya neuron pyramidal yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian
tersebutdan digantikan oleh lesi-lesi degenerative yang bersifat toksik
terhadap sel-sel neuron terutama pada daerah hippocampus, korteks dan ganglia
basalis. Hilangnya neuron-neuron yang bersifat kolinergik tersebut menyebabkan
menurunnya kadar neurotransmitter asetilkolin pada otak.otak menjadi atropi
dengan sulkus yang melebar dan terdapat perluasan ventrikel-ventrikel serebral.
Terdapat beberapa
perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit
Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak
berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian
dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron
tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya
ukuran otak.
Secara maskroskopik,
perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan
hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara
mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada
neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada
akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.
Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur
intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein
“tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk
structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen
penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal
dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak
dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang abnormal
terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing
terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler
adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel.
Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan
Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak
senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam
cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah
fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane
neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi
menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket
yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya
bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak
yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi
neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas
sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena
lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia
kelainan pada otak
2.4.
TANDA DAN GEJALA
Penyakit ini menyebabkan penurunan
kemampuan intelektual penderita secara progresif yang mempengaruhi fungsi
sosialnya, meliputi:
penurunan ingatan jangka pendek atau kemampuan belajar atau menyimpan informasi
penurunan kemampuan berbahasa
kesulitan menemukan kata atau kesulitan memahami pertanyaan atau petunjuk
ketidakmampuan menggambar atau mengenal gambar dua-tiga dimensi, dll.
Gejala klinis yang muncul
pada pasien dengan penyakit Alzheimer diantaranya :
1.
Kehilangan daya ingat/memori
2.
Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
3.
Kesulitan berbahasa.
4.
Kesulitan tidur
5.
Disorientasi waktu dan tempat
6.
Penurunan kemampuan dalam memutuskan sesuatu
7.
Emosi labil
8.
Apatis
9.
Tonus otot / kekakuan otot
10.
Ketidakmampuan mendeteksi bahaya.
Kategori gejala pada Alzheimer
2.5. . TERAPI ALZHEIMER
Non farmakologi
Terapi non-farmakologi melibatkan pasien, keluarga, atau pengasuh khusus untuk mensupport,
menghadapi dan memahami kondisi pasien
Farmakologi
Terapi untuk mengatasi
gejala penurunan kognisi atau menunda progresivitas penyakit
Terapi
simptomatik
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit Alzheimer adalah
penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan terjadi terutama menyerang
orang yang berusia diatas 65 tahun tapi tidak menutup kemungkinan dapat juga
menyerang anak-anak, bahkan bayi. Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak
kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan
parenkim otak, juga terdapat kekusutan neuro fibrilar. Penyebap pasti penyakit
ini belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor predisposisi seperti proses
infeksi virus lambat, autoimun, genetik dan trauma.
Asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit Alzheimer dilakukan dengan tujuan membantu mengembalikan
fungsi kognitif, motorik dan fungsi-fungsi bagian tubuh lain yang mengalami
gangguan akibat kelainan neurotransmiternya. Selain itu perhatian terhadap
kebutuhan nutrisi juga tetap dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit
lain akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.
3.2 SARAN
Bagi pembaca dan keluarga,
diharapkan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada penderita Alzheimer
ini, karena setiap perubahan baik itu dari segi kognitif dan motorik
mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien. Karenanya dibutuhkan perhatian lebih
bagi penderita Alzheimer ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/AsuhanKeperawatanKliendenganpenyakitAlzheimer
(diunduh pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 19.15 wita)
Poerwadi,Troeboes.2000.Penatalaksanaan
demensia alzheimer.lab./SMF ilmu penyakit saraf universitas airlangga/RSUD
Dr,soetomo surabaya.
_e Book of Alzheimer’s
for African-American ChurchesUniversity of Kentucky Sanders-Brown Center on Aging Division of Aging Services and the Alzheimer’s Association.
Komentar
Posting Komentar